iklan

iklan

Senin, 11 Mei 2015

Primus Dorimulu: Soal Twitter Pak PFG

Primus Dorimulu dan Peter F Gontha
JAKARTA (Komodo Darita) - Pak Peter F Gontha (PFG) adalah salah satu tokoh utama yang memajukan pariwisata Indonesia. Setiap tahun, Java Jazz menyedot puluhan ribu wisman. Java Jazz melambungkan nama Indonesia ke mancanegara. Selain para musisi kelas dunia yang datang dari berbagai negara, Java Jazz juga menyedot penonton dari berbagai negara.

Saat ini, PFG ikut mensponsori Dwiky, salah satu pemain jazz terbaik Indonesia berkolaborasi dengan pemain jazz dari berbagai negara. Di Polandia, Dwiky pentas di berbagai kota berkolaborasi dengan musisi terbaik Polandia. Dwikky akan keliling Eropa, antara lain dengan bantuan Pak PFG, untuk mempromosikan jazz dengan kandungan lagu lokal Indonesia. Ada kolaborasi gamelan dan jazz. Dwikky banyak mengarang lagu jazz yang kini mulai diakui dunia.

Bagaimana Komodo? Saya kira tulisan PK PFG soal Komodo tak boleh hanya dibaca eksplisit. Lihat makna implisit yang mau disampaikannya.

Pertama, dengan menyatakan seperti di twitter, Pak PFG ingin melihat reaksi publik. Apa betul kita menyukai Komodo? Berapa persen orang Indonesia yang sudah ke Komodo? Jangan-jangan orang Flores sendiri yang ke Komodo hanya 0,01%.



Pak PFG hanya ingin menantang: apa betul pemerintah dan kita semua serius mempromosikan Komodo? Kalau serius jangan tanggung. Buatlah pantai Labuhan Bajo bersih seperti Pantai Singapura. Buatlah promosi yang baik agar wisman berbondong-bondong ke Komodo. Siapkah infrastruktur dan berbagai kelengkapan akomodasi agar wisman tidak kesulitan.

Kedua, Indonesia jangan hanya jual Komodo, wisata alam, dan budaya tradisional. Tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia juga sudah modern. Sebagian besar pengeluaran wisman adalah belanja. Lihatlah pengeluaran wisman di Paris, Milan, dan kota-kota besar Eropa. Perancis dikunjungi 50 juta wisman. Mereka rajin belanja. Bukan hanya melihat Menara Eifel.

Saya baru pisah dengan Pak PFG sehari lalu di Paris, Sabtu, 9 Mei 2015, sore. Kami bersama-sama dari Warsawa-Berlin-Paris. Berdiskusi banyak, termasuk soal pariwisata. Tak ada kesan Pak PFG melecehkan Komodo. Ia sangat suka pariwisata dan ia punya kemampuan untuk promosi bahkan sudah pula membuktiukannya.

Jangan lihat Pak PFG hanya sebagai pejabat, tapi juga seniman dan orang yang menanjak dari bawah. Ia pribadi multi-talenta. Di Warsawa di main piano bersama Dwiky di acara 60 tahun hubungan diplomatk RI-Polandia. Di kota Pars Pak PFG nyetir mobil lebih hebat dari sopir taksi setempat meski mobil setir kiri dan manual.

Pernyataan Pak PFG soal Komodo harus dibaca sebagai sebuah challenge dari beliau: seriuskah kita mengembangkan pariwisata?

Komodo Darita sebelumnya memberitakan bahwa Peter F Gontha, Duta Besar Indonesia untuk Polandia, sangat berkeberatan untuk menjual Pulau Komodo sebagai obyek turisme.

"Tidak ada gunanya (jual Pulau Komodo). Dipikir Negara kita masih Negri Purbakala!" tulisnya di akun twitter pribadi pada 8 Mei 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar